Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !

Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo ! - Hallo sahabat PORTAL ISLAM, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Islam, Artikel Kabar, Artikel Muslim, Artikel Politik, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !
link : Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !

Baca juga


Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !



Cara Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo!



Oleh : Weedy Koshino
Bicara tentang workaholic, saya yakin 100% semua akan langsung menunjuk Negeri Jepang sebagai salah satu negara yang pekerjanya gila kerja! 

Dan memang ini adalah sebuah kenyataan yang sampai sekarang tak terbantahkan. Bekerja tanpa mengenal waktu. Bekerja dari pagi hingga larut malam, dan semua dijalani tanpa ada rasa beban karena berpikir ini adalah salah satu tugas yang harus diembannya. 
Saya pernah dengar cerita dari bapak mertua saya dan beberapa kenalan yang sekarang sudah pensiun, ketika mereka dulu kerja tidak ada itu yang namanya bayaran untuk kerja lembur, overtime fee. Mereka mengerjakan dengan sukarela, bagian dari tugas menyelesaikan pekerjaan hingga akhir agar esok harinya mereka bisa melakukan pekerjaan yang baru walaupun mereka harus mengorbankan waktu pribadinya, bahkan rela masuk kerja walau hari libur!
Suatu kebiasaan orang-orang Jepang yang terus-menerus bekerja tanpa henti ini akhirnya membuat suatu budaya gila kerja yang efeknya sekarang sangat jelas terlihat. Kasus karyawati yang bunuh diri karena overload pekerjaan, kasus pegawai yang mati karena terlalu banyak minum obat penguat stamina agar bisa terus bekerja maksimal, adalah kasus-kasus yang tidak aneh lagi untuk kami dengar di sini. 
Pernah dengar penyakit Utsubyou? Penyakit ini juga sering diderita para pekerja yang gila kerja di Jepang. Beban kerja yang berlebihan tapi waktu kerja yang dirasa kurang dengan tekanan dari atasan yang keras dan terus-menerus akhirnya membuat para pekerja di Jepang tumbang dan mengalami gangguan kejiwaan. Biasanya para pekerja yang mengalami penyakit jiwa ini sementara akan dirumahkan dulu dan menjalani perawatan medis yang intensif, sampai dinyatakan sembuh dan bisa kembali bekerja lagi. Tragis ya dengarnya.
Melihat ini semua, saya yang orang asing saja geregetan dan gemes, ada gak sih tindakan pemerintah Jepang melihat ini semua? Sudah penduduknya sedikit, pada bunuh diri lagi yang usia produktifnya, lah gimana urusannya ya. 
Ternyata pemerintah jepang juga sudah merasa khawatir akan hal ini. Dan ini berarti kalau budaya gila kerja ini bukanlah sesuatu yang membanggakan lagi! Budaya gila kerja yang lebih banyak efek buruknya terutama untuk kesehatan dan keharmonisan kehidupan. Bayangkan saja, masuk kerja pukul 9 pagi hingga pukul 5.30 sore, itu hanya formalitas, karena kenyataannya orang-orang Jepang ini kebanyakan akan pulang kerumah di atas pukul 9 malam, bahkan ada yang pukul 12 malam! Gila ya. 
Saya terkadang suka kasihan lihat suami dan para bapak-bapak Jepang yang ritme kehidupannya memang rentan dengan yang namanya stres! Untuk yang tinggalnya di suburb Tokyo seperti keluarga saya, biasa suami pergi kerja pukul 7.30, dari rumah naik bis menuju stasiun, lalu lanjut naik kereta rush hour penuh sesak yang kira-kira makan waktu 40 menit sampai kantornya. Lalu pukul 5.30 sore pulang tenggo? Waduh, hal yang mustahil banget, karena rata-rata keluar kantor sekitar pukul 9 malam, naik kereta dan bis lagi, lalu makan malam di rumah yang akhirnya dilakukan sekitar pukul 10 atau pukul 11 malam! Bener-bener deh rutinitas hidup yang sangat tidak sehat! Lucunya suami jarang mengeluh, gak kaya istrinya wong jalan kaki satu 1 km aja badan sudah penuh koyo sambil misuh-misuh suruh anak-anak pijitin betis hahaha. 
Pekerja di Jepang kayanya memang sudah dipersiapkan dengan mental begitu, masuk dunia kerja ya harus mau kerja sampai larut malam. Jarang melihat demo minta naik gaji atau tuntut kesejahteraan dan jaminan kerja ini itu, ini juga yang buat saya heran, kok nerimo amat ya. Mungkin karena memang sudah budayanya begitu, kebiasaan dari jaman baheula yang hingga kini diterapkan dan dilakukan ya akhirnya sudah bukan hal yang aneh dan ajaib lagi.
Nah, daripada nanti banyak pekerja di Jepang yang terganggu jiwanya karena stres kerjaan, buru-buru kayanya pemerintah mengambil tindakan darurat :D Ada dua langkah di mana negeri ini mulai menerapkan sistem yang saya rasa bisa mulai membuat para pekerja Jepang sedikit santai dan rileks, yaitu pemberlakuan No Overtime Day dan Premium Friday
No Overtime Day
Untuk kantor suami saya ada yang namanya No Overtime Day, lucu ya. Jadi para pekerjanya dipaksa pulang tepat waktu, atau teng-go (tenggo)! Mereka tidak boleh lembur untuk hari itu saja. Biasanya satu bulan satu kali. Tapi katanya, karena sistem ini dirasa bagus akan mulai diberlakukan dua kali dalam sebulan. Alhamdulillah, saya ikutan seneng suami bisa pulang cepat dan bisa makan bersama keluarga di rumah. Gaya hidup yang beginilah seharusnya dijalani semua orang. Kerja sesuai jam kerja, pulang ke rumah menghabiskan waktu santai bersama anak dan keluarga. Keseimbangan antara melaksanakan tugas dan reward (kesenangan pribadi), sehingga ketenangan jiwa pun bisa tercipta yang mungkin saja esok harinya adanya gairah yang muncul berkali lipat karena cukup istirahat di rumah. 
Premium Friday
Wah Jumat kemarin ini superheboh deh berita di TV. Kenapa? karena mulai adanya uji coba pemberlakuan Premium Friday. Premium Friday juga suatu sistem yang unik! Sistem ini juga memaksa para pekerja Jepang untuk pulang cepet! Ckckckck Jepuun ohh Jepunn, kok yao disuruh pulang cepet aja sampe dipaksa paksa ya! Hahaha.
Di mana setiap akhir bulan para pekerja di Jepang dibolehkan bekerja hanya sampai pukul 3 sore, Wah enaknya... Saya lihat di berita ada perusahaan yang ketika pukul 3 teng, semua lampu ruangannya otomatis mati! Waduh itu kebayang paniknya para karyawan yang lagi asik-asiknya bekerja, walau mungkin mereka sudah tahu, tapi pasti kaget lah, lagi ngetik tiba-tiba lampu mati serentak! Wkwkwkw.
Mendadak lampu ruangan yang otomatis ngejekrek mati, itu kok ya terlihat berlebihan banget! Tapi ya itu lah Jepun, mungkin dirasa bakalan banyak yang ngeyel kalau disuruh pulang cepet, jadi ya begitu... nyuruh pulang pegawainya sampai seekstrem gitu hahaha, saya yang lihat berita itu sampe nyengiir kuda! 
Bahkan ada juga loh yang bos-bos besarnya ngider ngingetin pegawai-pegawainya untuk rapihkan meja dan segera keluar kantor pukul 3 teng! Dan bisa kebayang itu semua kantor mendadak bakalan nguler antrian depan elevator pas pukul 3 hahaha... heboh. 
Ternyata tak disangka tak diduga banyak juga loh yang bersukacita dengan pemberlakuan sistem No Overtime Day dan Premium Friday ini. Akhirnya ya orang Jepang sadar gimana pentingnya waktu rekreasi dan waktu rileks ya. Terlihat dari komentar mereka saat di-interview di tengah jalan oleh stasiun-stasiun TV tentang kegiatan apa yang mereka lakukan setelah keluar kantor pukul 3 ini, ternyata sebagian besar ingin segera pulang menghabiskan waktu bersama keluarga atau melakukan hobi di rumah! 
Para pekerja yang masih muda rata-rata bersama teman-temannya pergi ke shopping mall, nonton film di bioskop atau pergi makan dan minum di restoran. Aduh, ngelihat mereka pada riang gembira keluar dari kantor dengan muka niko-niko, sumringah begitu saya ikutan seneng lihatnya! Sistem ini ternyata mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Hal yang paling mencolok adalah banyak tempat makan dan minum yang buka dari pukul 3 sore, dengan adanya tempelen tulisan-tulisan Premium Friday di restoran dan izakaya yang dekat dengan lingkungan perkantoran, sehingga bagi karyawan yang nothing to do dan bingung mau ke mana bisa segera rileks makan dan minum di sana. 
Tapi sayangnya, ada juga yang kontra dengan sistem ini. Pemberlakuan pulang tenggo dan dan pulang cepat ini mau tak mau memang mempunyai efek besar kepada perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang (pabrik-pabrik). Pemotongan jam kerja, membuat hasil produksi pun menurun. Ini pun menjadi masalah dan kemungkinan perusahaan-perusahaan ini akan susah untuk menerapkan sistem yang baru dilaksanakan oleh Jepang ini. 
Budaya gila kerja di Jepang yang sudah melekat kuat. Pastilah butuh waktu untuk bisa diubah menjadi budaya yang tidak mengganggu produktivitas kerja tapi juga tidak menyakiti badan dan jiwa para pekerjanya. Loyalitas kepada perusahaan, mengemban kewajiban sebagai pekerja/pegawai tentu juga harus selaras dengan menerima hak dalam mendapatkan waktu untuk bisa melakukan rekreasi memenuhi kebutuhan jiwa. Tanpa perlu mengorbankan apa dan siapa hendaknya negeri ini juga harus mulai memikirkan secara cermat dan lebih perhatian akan kebutuhan-kebutuhan lain yang kasat mata dari para pekerjanya sehingga nantinya mereka akan bisa bekerja lebih optimal. 
Salam hangat, wk

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !


Demikianlah Artikel Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo !

Sekianlah artikel Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo ! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pekerja Jepang GILA KERJA ? Ini Cara Pemerintah Jepang Memaksa Pekerjanya Pulang Tenggo ! dengan alamat link https://portal-iislam.blogspot.com/2017/02/pekerja-jepang-gila-kerja-ini-cara.html

Subscribe to receive free email updates: